Green Logistics: Manfaat Utama dan Penerapannya di Indonesia

DIGITALINDO - Sebagai bagian integral dari industri, sektor logistik berperan besar dalam menyumbang emisi karbon yang mempercepat laju pemanasan global. Sektor ini juga merupakan bagian dari transportasi, salah satu kontributor terbesar emisi karbon.

 

Data dari Our World in Data menunjukkan bahwa pada 2018, sektor transportasi menghasilkan 8 miliar ton emisi gas CO2, yang setara dengan seperlima dari total emisi karbon dioksida (CO2) global, atau 24% dari emisi CO2 terkait energi. Dari total emisi di sektor transportasi, tiga perempatnya berasal dari perjalanan darat, di mana 45,1% di antaranya berasal dari kendaraan penumpang, sementara 29,4% lainnya dari truk pengangkut barang yang merupakan bagian dari sektor logistik.

 

Jika memperhitungkan transportasi laut dan udara, pergudangan, serta pengemasan barang, emisi sektor logistik dipastikan lebih besar. Laporan dari McKinsey & Company (2024) bahkan mencatat bahwa jejak karbon dari sektor logistik, terutama pengangkutan dan pergudangan, menyumbang 7% emisi gas rumah kaca (GRK) global.

 

Kondisi ini menggarisbawahi pentingnya memperluas penerapan logistik hijau (green logistics). Keterlibatan aktif dari pelaku bisnis logistik dan pemerintah sebagai regulator sangat dibutuhkan untuk mempercepat transisi ke arah tersebut. Publik juga perlu memahami konsep green logistics untuk mendorong adopsinya secara luas.

 

Apa itu Green Logistics?

Green logistics adalah pendekatan yang bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dari aktivitas bisnis logistik, terutama jejak karbon. Konsep ini mulai berkembang sejak tahun 1980-an dan memberikan panduan untuk memastikan semua lini operasi bisnis logistik tidak merusak lingkungan.

 

Ini berarti seluruh kegiatan dalam rantai pasok di sektor logistik, mulai dari transportasi, penyimpanan, hingga pengemasan barang, harus minim emisi karbon, tidak merusak lingkungan, dan mengadopsi prinsip keberlanjutan.

 

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Plos One (2023) berjudul "Tracing the Evolution of Green Logistics," terdapat enam komponen utama dalam kerangka kerja green logistics, yaitu:

1. Green purchasing (pembelian ramah lingkungan)
2. Green warehousing (pergudangan ramah lingkungan)
3. Green production (produksi ramah lingkungan)
4. Green transportation (transportasi ramah lingkungan)
5. Green delivery (pengiriman ramah lingkungan)
6. Reverse logistics (logistik terbalik atau sistem pengembalian barang dari konsumen ke produsen untuk didaur ulang atau diolah kembali).

 

Dengan menerapkan kerangka kerja tersebut, industri logistik dapat berkontribusi lebih besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Namun, transisi ke sistem logistik yang lebih ramah lingkungan bukanlah hal yang mudah. Kompleksitas terkait jejak karbon dan emisi gas rumah kaca di sektor ini menuntut penyesuaian besar, yang memerlukan biaya signifikan.

Di sisi lain, pelaku bisnis logistik tidak bisa mengabaikan ancaman dari pemanasan global dan perubahan iklim. Tuntutan untuk berperan dalam pengurangan emisi karbon semakin besar setiap tahunnya. Oleh karena itu, mengintegrasikan konsep green logistics dalam operasional bisnis adalah langkah strategis untuk masa depan.

 

Manfaat Green Logistics

Penerapan green logistics tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan tetapi juga mendukung keberlanjutan bisnis. Menurut CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi dalam rilis resmi pada Februari 2024, green logistics berdampak pada tiga aspek utama: lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Laporan "Report on Green Logistics" dari United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) juga menunjukkan bahwa green logistics dapat meningkatkan efisiensi di banyak perusahaan.

 

Sebagai contoh, DHL berhasil mengurangi 450.000 ton emisi gas rumah kaca dan menghemat 2,4% energi di fasilitasnya. UPS juga berhasil menurunkan emisi CO2 hingga 21.000 ton pada 2014, sekaligus menghemat 8,3 juta liter bahan bakar.

Dengan strategi dan teknologi yang tepat, perusahaan logistik dapat mengurangi jejak karbon sekaligus menekan biaya operasional. Selain itu, citra perusahaan juga akan semakin positif di mata konsumen karena menerapkan praktik bisnis yang ramah lingkungan.

 

Berikut adalah beberapa manfaat penerapan green logistics:

1. Mengurangi Emisi Karbon: Green logistics membantu menurunkan polusi lingkungan dari aktivitas logistik, terutama emisi gas rumah kaca. Ini berkontribusi besar dalam memperlambat laju pemanasan global dan mengatasi perubahan iklim.

2. Meminimalkan Limbah: Digitalisasi inventaris dan mekanisme daur ulang dapat mengurangi limbah kertas dan plastik. Penggunaan bahan daur ulang atau yang mudah terurai untuk kemasan juga membantu mengurangi limbah dan polusi lingkungan.

3. Efisiensi Biaya: Green logistics dapat menekan biaya operasional dalam jangka panjang, misalnya melalui optimalisasi rute pengiriman dan penggunaan energi terbarukan.

4. Efisiensi Energi: Teknologi efisien di fasilitas logistik dapat mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi biaya. Pemanfaatan energi terbarukan juga berperan penting dalam upaya ini.

5. Memperbaiki Citra Perusahaan: Dengan meningkatnya kesadaran publik terhadap isu lingkungan, perusahaan yang menerapkan green logistics akan dipandang lebih bertanggung jawab dan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.

 

Contoh Penerapan Green Logistics di Indonesia

Di Indonesia, semakin banyak perusahaan yang mulai menerapkan konsep green logistics. Salah satu contoh terbaru adalah PT Pos Indonesia (Persero) atau PosIND, yang bekerja sama dengan PT Bina Karya (Persero) dalam mengembangkan layanan logistik ramah lingkungan di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kerja sama ini mencakup pengangkutan barang milik pribadi Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, POLRI, pegawai BUMN, dan karyawan swasta yang pindah tugas ke IKN, serta pengangkutan dokumen dan barang milik Kementerian/Lembaga, BUMN, dan swasta dari dan menuju Nusantara.

 

Pada 2022, PosIND juga telah mengoperasikan lebih dari 300 unit sepeda motor listrik dan puluhan mobil listrik untuk kegiatan kurir di beberapa kota besar di Indonesia. Selain itu, perusahaan ini juga memulai proyek percontohan pemanfaatan energi surya di kantor dan gudang logistiknya.

 

Upaya-upaya tersebut menunjukkan komitmen PT Pos Indonesia dalam mempercepat adopsi prinsip industri hijau dalam bisnis logistik, serta berperan dalam mengurangi dampak lingkungan dari operasional bisnisnya.

Sumber : tirto.id



Relate Topics

Butuh Bantuan? Hubungi Kami di

021 - 2867 - 4849

Hubungi Kami