Ratusan Sopir Truk Kontainer Gelar Aksi di Tanjung Priok, Tuntut Perbaikan Tata Kelola Pelabuhan
Sekitar 500 sopir truk kontainer menggelar aksi unjuk rasa di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Selasa, 11 Februari 2025. Mereka menuntut PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo untuk segera memperbaiki tata kelola pelabuhan, terutama terkait infrastruktur yang kurang memadai serta maraknya pungutan liar.
"Kami akan terus melakukan aksi hingga Pelindo memenuhi tuntutan kami," ujar Ketua Umum Konferensi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Ilhamsyah, yang turut serta dalam demonstrasi tersebut.
Sementara itu, pengurus Keluarga Besar Sopir Indonesia (KB-SI), Khalimi, menegaskan bahwa tuntutan utama para sopir adalah penyelesaian kemacetan di area pelabuhan. Ia menilai, kemacetan yang berkepanjangan menimbulkan dampak negatif, seperti meningkatnya biaya operasional akibat konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi, serta mengganggu keseimbangan hidup para sopir karena berkurangnya waktu bersama keluarga.
Menurut Khalimi, masalah tersebut telah disampaikan kepada pihak Pelindo melalui pertemuan audiensi. Namun, respons yang diberikan dinilai tidak memadai. "Tidak ada penyelesaian konkret, justru diabaikan. Karena itu, besok seluruh sopir sepakat untuk mendatangi Pelindo," ungkapnya kepada Tempo, Senin, 10 Februari 2025.
Tantangan Logistik di Indonesia
Dalam sektor perdagangan global, kinerja logistik suatu negara menjadi indikator penting dalam meningkatkan daya saing. Menurut laporan Jurnal Ekonomi-QU (2021), Logistics Performance Index (LPI) sangat berpengaruh terhadap kemudahan berbisnis atau Ease of Doing Business (EoDB).
Data Bank Dunia tahun 2023 menempatkan Indonesia di peringkat ke-61 dari 139 negara dalam LPI. Peringkat ini jauh tertinggal dibandingkan dengan Singapura yang berada di posisi pertama, Malaysia di urutan ke-26, serta Thailand di peringkat ke-34. Sementara itu, dalam indeks EoDB, Indonesia menempati peringkat ke-73 dari 190 negara.
Sejumlah tantangan yang dihadapi sektor logistik di Indonesia meliputi:
-
Tingginya Biaya Logistik
Menurut peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, beban biaya logistik yang tinggi menjadi tantangan besar, terutama bagi industri manufaktur. Transportasi menjadi komponen utama yang menyumbang biaya terbesar dalam struktur logistik.Pada kuartal pertama tahun 2021, biaya logistik Indonesia tercatat mencapai 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya 13 persen dari PDB.
-
Kesenjangan Infrastruktur Konektivitas
Heri menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur konektivitas di Indonesia masih belum merata. Ketidakseimbangan ini berdampak pada distribusi barang, terutama dalam rute pengiriman ke wilayah Indonesia timur yang sering kali mengalami kesulitan muatan balik ke wilayah barat. -
Kondisi Geografis yang Kompleks
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan, Hendri Ginting, menjelaskan bahwa faktor geografis menjadi tantangan dalam distribusi logistik nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya mengoptimalkan pengelolaan pelabuhan melalui kolaborasi dengan badan usaha serta penerapan digitalisasi layanan guna meningkatkan efisiensi.
Upaya pembenahan sektor logistik membutuhkan sinergi antarlembaga dan penyederhanaan regulasi. Pemerintah berharap dengan langkah-langkah tersebut, pengelolaan logistik nasional dapat semakin efektif dan berdaya saing di tingkat global.