DIGITALINDO - Salman Simanjoran, Wakil Ketua Otonomi Daerah dan Pembangunan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, mengatakan dunia usaha prihatin dengan terus meningkatnya konflik Timur Tengah, termasuk antara Iran dan Israel.
Hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga komoditas minyak mentah dan depresiasi nilai tukar rupiah, kata Salman. Salman mengatakan pemerintah dan PBB harus segera menghentikan eskalasi konflik dan membantu mencegahnya berkepanjangan, sehingga kemampuan dunia untuk pulih secara ekonomi tidak terganggu.
“Meski perekonomian dalam negeri tetap stabil dan sehat, dengan cadangan devisa yang solid setara hingga $140 miliar atau impor 6,4 bulan, ketergantungan impor untuk kebutuhan BBM akan semakin menekan nilai tukar rupiah.
Akibatnya, harga-harga di beberapa industri dan logistik bisa naik sehingga memberikan tekanan pada daya beli masyarakat, lanjutnya.
Industri yang bergantung pada bahan baku impor juga akan terkena dampak kenaikan harga bahan baku, atau industri yang memiliki utang dalam mata uang dolar AS diperkirakan akan mengalami kenaikan biaya beban utangnya. Oleh karena itu, kenaikan harga minyak, tarif logistik, dan impor harus tetap menjadi perhatian pemerintah karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi kenaikan inflasi dan depresiasi nilai tukar rupiah, jelas Thurman.
Menghitung dampak tekanan eksternal akibat eskalasi konflik di Timur Tengah merupakan salah satu faktor yang perlu dicermati pemerintah, khususnya dalam pengelolaan fiskal pada masa transisi kepemimpinan tahun ini.
Pemerintah didesak untuk segera merespons dan mengambil langkah proaktif untuk memastikan bahwa dampak serangan Iran terhadap Israel tidak berdampak pada perekonomian nasional.
“Perlunya meningkatkan semangat kerja sama untuk mengatasi berbagai gangguan perekonomian global akibat kondisi geopolitik yang mempengaruhi perekonomian nasional,” tambah Salman. Sebelumnya, Garda Revolusi Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke wilayah Israel dari jarak lebih dari 1.770 kilometer dari wilayah Iran.
Pemerintah Iran menekankan bahwa serangan itu merupakan pembalasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus. Dua jenderal dan lima penasihat militer dari Korps Pengawal Revolusi Iran tewas dalam insiden tersebut.
Iran mengatakan operasi militernya yang menyerang Israel berakhir pada 14 April 2024, namun mengancam akan memberikan respons yang lebih kuat jika Israel membalas.
Kepala Staf Angkatan Darat Iran Mayjen Mohammad Bagheri mengatakan partainya tidak berniat melanjutkan operasi militer melawan Israel. “Saya jelaskan bahwa operasi telah selesai dan Iron Dome tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti terhadap operasi kami, jadi kami membatalkannya,” katanya, menurut kantor berita Iran, IRNA.

